SADEWA
  

            Sadewa adalah salah satu tokoh Pandawa.  Para Pandawa terdiri dari lima orang pangeran, tiga di antaranya (Yudhistira, Bima, dan Arjuna) merupakan putera kandung Dewi Kunti, sedangkan yang lainnya (Nakula dan Sadewa) merupakan putera kandung Dewi Madrim, putri Prabu Mandrapati dengan Dewi Tejawati dari negara Mandaraka, namun ayah mereka sama, yaitu Prabu Pandudewanata .  Sadewa merupakan kembaran dari Nakula sekaligus anak bungsu diantara para Pandawa lainnya.  Sadewa lahir sebagai anugerah dewa kembar bernama Aswin untuk Madrim karena Prabu Pandudewanata saat itu sedang menjalani kutukan tidak bisa bersetubuh dengan istrinya.  Bathara Aswin merupakan Sang Dewa pengobatan.
            Nama kecil Sadewa adalah Raden Tangsen, asal usul nama tersebut merupakan buah dari tumbuh-tumbuhan yang daunnya dapat dipergunakan dan dipakai untuk obat.    Sadewa adalah orang yang sangat rajin dan bijaksana. Sadewa juga merupakan seseorang ahli astronomi, dapat mengetahui kejadian masa depan tetapi dia tidak boleh membocorkannya kalau ia membocorkannya kepalanya akan terbelah menjadi dua.  Yudisthira pernah berkata bahwa Sadewa merupakan pria yang bijaksana, setara dengan Brihaspati, guru para Dewa. Sadewa giat bekerja dan senang melayani kakak-kakaknya serta amat patuh terhadap Dewi Kunti. Sejak Dewi Madrim, ibunya meninggal, Dewi Kunti merawatnya sebagai putra sendiri. Baginya Dewi Kunti adalah Guru Pertama dalam kehidupan, apa pun perintah ibunya, dia jalani.   Sadewa dikisahkan sebagai putra yang paling disayangi Kunti.
            Karakteristik kepatuhan Sadewa terhadap ibunya (Dewi kunti), dapat dilihat dalam cerita ketika menjelang perang Bharatayuda.  Ketika para Pandawa menjalani masa pengasingan selama 12 tahun.  Ketika waktu sudah mendekati tahun ke 12,   Dewi Kunti mendengar bahwa ada dua raksasa Kalantaka dan Kalajaya yang sangat kuat yang akan membantu koalisi Korawa dalam perang Bharatayuda.  Saat itu peperangan dilakukan oleh 2 tokoh pandawa yaitu Bima dan Arjuna.  Kedua raksasa itu sangat kuat.  Dewi Kunti sangat prihatin melihat kesulitan Bima dan Arjuna dalam menghadapi kedua raksasa tersebut. Sebagai seorang ibu, Dewi Kunti berupaya sekuat tenaga agar Bima dan Arjuna dapat menang melawan mereka.  Dewi Kunti kemudian menemui Bathari Durga agar berkenan menarik kembali mantra kesaktian raksasa Kalantaka dan Kalanjaya. Sang Bathari bersedia mengabulkan permintaannya asal Dewi Kuntì membawa Sadewa kepadanya.  Dewi Kuntì dengan tegas menolak permintaan tersebut. Akan tetapi pada saat terjadi pergolakan batin, seorang pembantu Bathari Durga merasuk ke dalam diri Dewi Kuntì dan berhasil mempengaruhi  dirinya untuk membawa Sadewa ke tempat Bathari Durga.
            Kepatuhannyalah yang membuat ia rela berkorban demi kemenangan dharma.  Baginya ini merupakan sebuah ujian tentang keterbaktian dirinya terhadap ibunya.  Pengorbanannya tersebut mempunyai tujuan agar mengembalikan keadaan sebagaimana mestinya, mengurangi malapetaka dan memberikan kontribusi bagi kemenangan Pandawa dalam perang Bharatayuda.  Saat itu Sadewa menjadi alat Hyang Widhi.  Sadewa pasrah, apapun peran yang diberikan Hyang Widhi dilakukannya dengan sebaik-baiknya. Dia tidak ingin terkenal seperti Arjuna atau Bima, dia hanya ingin menjalankan peran sebagai alat dari Hyang Maha Kuasa sebaik-baiknya.
            Akhirnya Bathari Durga datang dengan wujud yang mengerikan dan minta Sadewa mengusir setan dari dalam tubuhnya. Sadewa mengatakan bahwa dia belum mempunyai kesaktian untuk mengusir setan tersebut. Ketidakyakinan Sadewa membuat Bathari Durga memuncak kemarahannya, dan wajahnya menjadi semakin mengerikan.  Setengah tidak sadar, Sadewa merapal mantra, dan tangannya memercikkan air suci. Dan, Bathari Durga yang mendapat percikan air, menjadi sadar kembali siapa jatidirinya dan berubah wujudnya menjadi Bathari Uma yang cantik. Bathari Uma berterima kasih kepada Sadewa dan memanggilnya dengan sebutan  “Sudamala”, “yang membersihkan noda kejahatan”. Sadewa telah berhasil “meruwat” Bathari Durga kembali menjadi Dewi Uma. Kemudian Dewi Uma mencabut mantra yang telah diberikan kepada Raksasa Kalataka dan Kalanjaya. Selanjutnya “Sudamala” membantu Arjuna dan Bima mengalahkan raksasa Kalantaka dan Kalanjaya, sehingga calon pendukung potensial koalisi Korawa tersebut bisa dihabisi dan rasa percaya diri para Pandawa meningkat.
            Selain kepatuhannya terhadap ibu, Sadewa juga yakin terhadap Yang Maha Kuasa.  Dan dia sadar bahwa ia hidup untuk menjadi seorang khalifah yang baik, dia tidak peduli apakah yang dikerjakannya dilihat oleh orang lain atau tidak, buktinya dia tidak ingin terkenal seperti Bima atau Arjuna.  Karakteristik yang terdapat dalam diri Sadewa yaitu  jujur, pandai (bahkan lebih pandai daripada kakaknya Nakula), setia, taat, belas kasih, baik dalam menyampaikan, tahu membalas guna dan dapat menyimpan rahasia.  Selain itu Sadewa memiliki kemahiran yaitu mahir dalam menunggang kuda, mahir dalam menggunakan senjata panah dan lembing, mahir  dalam hal ilmu peternakan sapi (dapat dilihat ketika pengasingan selama 12 tahun, sadewa menyamar sebagai seorang gembala sapi bernama Tantripala).
            Selain itu Sadewa juga memiliki Aji Purnamajati pemberian Ditya Sapulebu, Senapati negara Mretani yang berkhasiat  dapat mengerti dan mengingat dengan jelas pada semua peristiwa.  Sadewa adalah seorang kidal, dia baik dalam menggunakan tangan kirinya.  Dari karakteristiknya yang baik dalam menyampaikan karena itulah Sadewa dikenal sebagai seorang pembicara.  Itulah kemampuan Istimewa Sadewa dalam berkomunikasi, contohnya ketika  menyampaikan sesuatu hal kepada senapati prajurit atau rakyat kebanyakan.  Biasanya Sadewa selalu menginformasikan berita kepada khalayak.
            Ada satu cerita mengenai kepatuhan dan kesetiaan Sadewa terhadap kakak tertuanya yaitu Yudhistira.  Ketika Sadewa saat itu sedang memimpin sebuah istana di wilayah Sawojajar, dia terpaksa harus meninggalkannya dikarenakan sadewa mendampingi kakaknya Yudhistira  memenuhi undangan Duryudana di Hastinapura.  Dan kembali lagi Yudhistira terperosok kembali dalam tipu muslihat.  Lalu seusai Baratayudha, dia tetap tinggal di Sawojajar, setelah sebelumnya mendapat peran yang sangat penting untuk memimpin pencarian sisa Kurawa agar dampak paska perang Baratayudha tidak memupuk dendam.

 
SUMBER