Inilah yang benar-benar membuat seseorang pastinya sedih yang teramat sangat.  Bayangkan saja misal kita sudah tidak lagi dipedulikan oleh orang tua kita.  Bukankah sangat menyakitkan?  Orang tua yang merawat dan mendidik kita.  Apakah mungkin mereka tidak mempedulikan kita?
          Itu hanyalah pembahasan sekilas, agar lebih memahami makna dari “Kehilangan Kasih Sayang-Nya”.  Ciri-ciri ketika seseorang sudah kehilangan kasih sayangnya adalah sudah tidak bisa membedakan yang baik dan buruk.  Di zaman sekarang, zaman yang terlalu mementingkan hal duniawi, sangat sukar membedakannya.  Banyak orang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya tanpa melihat hal tersebut benar menurut syariat atau tidak.  Walaupun misal orang yang telah mencapai tujuannya dengan cara-cara yang tidak baik terlihat baik oleh banyak orang.  Tapi, ketahuilah di hatinya selalu mengalami kegelisahan, hidupnya selalu tidak tenang. 
          Itulah ciri-ciri orang yang sudah kehilangan kasih sayang-Nya.  Sebenarnya kata hati dari setiap orang adalah mengatakan tentang kebaikan tapi ketika seseorang menolak kata hatinya, orang tersebut sudah cenderung kepada keburukan.  Berhati-hatilah ketika sudah kehilangan kasih sayang-Nya.  Tidak ada yang bisa menolong kecuali tanpa seizin-Nya.   


Ini merupakan kelanjutan dari kehilangan hp.  Disini dimisalkan kepada cerita-cerita, untuk menjadikan kita sebgai manusia yang bersyukur.  Ketika kita percaya bahwa nantinya Allah akan menggantikan dengan yang lebih baik, yakinlah itu akan terjadi.  Ketika kita memposisikan diri kita sebagai yang kehilangan hp dan kebetulan juga kita tidak punya hp selain hp yang hilang itu.  Otomatis komunikasi kita menjadi terhambat.  Walaupun hanya sebagai mahasiswa, hp bermanfaat ketika menanyakan tugas, untuk kegiatan organisasi di kampus, dll.  Jadi bukan hanya pebisnis saja yang terlihat oleh kebanyakan orang yang lebih membutuhkan komunikasi(hp).
          Lanjut cerita, orang tuapun mengetahui bahwa hp kita hilang, kita sebagai anakpun juga tidak tega untuk meminta hp baru karena dimisalkan keadaan saat itu sedang sulit.  Kita hanya bisa berdo’a dan meinta kepada-Nya.  Bberapa hari kemudian, tanpa banyak bicara, hp baru sudah ada. Meskipun hp itu tidak sebagus hp yang dulu, tapi bila kita melihat dari kasih sayang yang diberikan orang tua, itu sudah sangat mengembirakan.  Pdahal keadaan saat itu sedang sulit, tapi orang tua selalu mengutamakan kebahagiaan anaknya.  Dari setiap peristiwa, banyak hikmah yang dapat kita ambil untuk menjadikan diri kita selalu bersyukur.


Pembahasan ini masih tentang kehilangan.  Tapi kehilangan disini lebih terpusat terhadap benda mati.  Ketika suatu barang yang kita sayangi hilang, misalnya handphone(hp).  Singkat cerita, hp yang kita miliki saat itu adalah hp yang dibeli dari hasil tabungan selama bertahun-tahun.  Dengan rela, tabunganpun langsung habis tetapi kebahagiaan memiliki hp yang diinginkan benar-benar tidak bisa terbayangkan.  Hp itu telah menemani selama setahun lebih, tapi karena kelalaiannya, hp tersebut hilang.  Lalu, bagaimana reaksimu bila itu adalah kamu?
          Ya, padahal itu hanya benda mati, pasti ada rasa kesedihan meyelimuti hati.  Tapi, haruskah kita terus-terusan sedih?  Apa dengan begitu, hp akan kembali?  Tentu jawabannya tidak.  Lalu apa yang harus kita perbuat?  Sekali lagi, saya katakan, sebagai manusia tentunya sedih tapi sikap terbaik kita adalah berpikir positif dan tidak pula menyalahkan orang lain karena itu real kesalahan diri sendiri.  Jadikan pelajaran berharga atas kesedihan/kegagalanmu agar tidak terjadi kedua kali dan dapat memberikan saran untuk orang lain agar tidak melakukan kesalahan yang sama dengan yang kita alami.  Jadikan diri kita bermanfaat untuk orang lain.  Percayalah, pasti Allah akan mengganti dengan yang lebih baik.


Manusia terkadang tidak bisa mengendalikan perasaannya atas hal yang dinamakan “kehilangan”.  Menurutku itu memang wajar, karena manusia dikarunia oleh Sang Pencipta suatu perasaan terhadap sesuatu, entah terhadap sesama manusia, makhluk hidup lainnya selain manusia bahkan benda mati sekalipun.  Aku mengambil contoh terhadap sesame manusia.  Ketika ada orang tua atau saudara yang meninggal.  Bukankah perasaan ketika “kehilangan” itu terjadi, sangat menyesakkan dada?.  Aku secara pribadi merasakan itu.  Kehilangan seseorang yang kita sayangi memang menyedihkan.  Kita selalu “flash back” tentang kenangan-kenangan kita dengan seseorang yang membuat kita merasa kehilangan. 
          Rasanya tepat bila pepatah mengatakan bahwa “seseorang dikatakan berharga ketika sudah tidak ada lagi”.  Memang sedih rasanya tapi ketahuilah hidup hidup kita masih berlanjut.  Jangan dikarenakan rasa kehilangan yang mendalam, menjadikan kita tidak mempunyai semangat untuk hidup.  Ingat, semua hanyalah titipan Allah, jika sewaktu-waktu yang meiliki kekuasaan(Allah) mengambilnya, kita harus siap.  Maka dari itu, cintailah sekedarnya.  Jikalau memang kau mencintai seseorang, cintailah karena Allah. Jangan sekali-kali mencintai seseorang, melibihi cintamu kepada-Nya.    


Seiring dengan perkembangan zaman, entah hal tersebut dipengaruhi oleh globalisasi atau tidak.  Moral individu dapat kita lihat, mungkin sekarang ini bahkan sudah tidak bisa lagi membedakan mana yang baik atau buruk.  Pengaruh budaya barat sudah benar-benar merasuki negara kita.  Dimulai dari pakaian yang sebenarnya sudah tidak layak untuk dipakai di tempat umum, pada kenyataannya, Anda dapat melihat sendiri.  Sekarang budaya-budaya barat yang dahulunya benar-benar masih dianggap sebagai keganjilan tetapi di kota-kota besar di Indonesia bahkan daerah sekalipun sudah menganggap biasa.  Mungkin setiap individu beranggapan bahwa “ya sudahlah, selama itu tidak mengganggu kepentingannya, kenapa mesti dipermasalahkan?”. 
            Contohnya sajakumpul kebo pada zaman sekarang ini tidak terlalu dipermasalahkan.  Dimana moral manusia? Apakah orang yang melakukan perbuatan hina itu tidak mempunyai agama?.  Bukankah di semua agama apapun, hal itu dilarang?.  Zman sekarang, benar-benar edan.  Kenapa ini bisa terjadi?
            Saya mulai berpikir, yang menjadikan seseorang mempunyai akhlak yang baik adalah pendidikan dari keluarga terutama ibu.  Ibu adalah orang pertama yang memberikan pendidikan bagi anak-anaknya.  Dasar dari kesuksesan/kehancuran suatu negarapun terletak pada perempuan(seorang ibu).  Jadi, jangan berpikiran bahwa perempuan tidak perlu sekolah terlalu tinggi.  Memang benar, pendidikan bukan hanya didapatkan dari sekolah formal.  Itu hanyalah salah satunya saja.  Tetapi ketahuilah di sekolah formal kita dapat bersosialisasi dengan banyak orang dan mendapatkan info yang beragam.  Itu menjadikan kita mempunyai ilmu dan wawasan yang luas. 
            Tetapi yang terpenting dari semuanya adalah kita mempunyai tiang yang kuat.  Seperti halnya rumah/bangunan, dasarnya adalah tiang.  Begitu juga dengan kita sebagai manusia, kita harus mempunyai tiang yaitu pengetahuan yang mendalam tentang agama.  Ketika seorang anak manusia sudah mengenal tuhan dan agamanya, sebagai orang tua, tidak perlu khawatir yang berlebihan.  Seseorang yang dalam dirinya, takut pada tuhan, tidak akan berani berbuat yang dilarang oleh aturan-Nya, karena dia selalu merasa diawasi oleh tuhan bukan manusia.
            Jadi sebagai seorang ibu, harus menanamkan pendidikan agama pada anak- anaknya.  Karena hancurnya sebuah negara berada di tangan perempuan(ibu).  Ketika memberikan pendidikan/ilmu pada anak, otomatis seorang ibu juga harus mempunyai ilmu tersebut agar tidak memberikan pendidikan yang salah.  Pendidikan/ilmu bisa didapatkan dimanapun.  Bisa dari sekolah, membaca buku, bersosialisasi, dll.  Tentunya ketika memberikan pendidikan kepada orang lain, seseorang juga harus memiliki guru.  Peran guru sangat penting dalam kehidupan.  Terima kasih guru (ibu, guru sekolah, dosen, ustad, ustadzah, dll).