Rabu, 09 Januari 2013

Resensi Novel Madre


NAMA            : SARLINDA
NPM               : 26210390
KELAS           : 3EB01


Judul Buku                  : Madre
Penulis                         : Dewi “Dee” Lestari
Penyunting                  : Sitok Srengenge
Perancang Sampul       : Fahmi Ilmansyah
Penerbit                       : Bentang Pusttaka, Yogyakarta
Cetakan                       : Pertama, Juni 2011
Tebal                           : 160 Halaman

           
Madre.  Dari judulnya saja, saya beelum mmengerti dan tidak bisa menerka-nerka apaa maksud dari madre tersebut.  Ya, setelah saya mulai membaca lembar demi lembar, barulah saya tahu, apa makna madre dari judul buku karya Dewi Lestari ini.  Madre adalah sebuah kumpulan karya selama 5 tahun terakhir Dewi Lestari yang akrab dipanggil Dee.  Terdiri dari 13 karya fiksi dan prosa pendek.  Tai saya disini akan menjelaskan tentang karya yang berjudul madre seperti nama bukunya.
            Siapa dia? Kenapa aku?.  Itulah pertanyaan-pertanyaan di pikiran seorang pemuda bali yang datang ke jakarta karna ada suatu urrusan yang harus diselesaikan.  Pemuda bali itu bernama Tansen Roy Wuisan.  Tansen tidak htahu kenapa dia harus berada disini.  Aneh buat dirinya dan mungkin orang lain juga beeranggapan seperti itu.  Tansen seorang pria berkulit hitam, rambut gimbal, hidung panjang, mata besar berbulu lentik dan keturunan India manado berada di TPU etnis Tionghoa dan berdiri di depan nisan bernama Tan Sin Gie.
            Beberapa saat kemudian datang seorang pengacara memberikan sebuah warisan untuknya.  Ketika dibuka, warisan tersebut adalah sebuah kunnci dan secarik kertas yang beisi alammat.  Datanglah ia ke alamat itu agar urusan cepat selesai dan dia bisa pulang ke Bali.  Singkat cerita dia dijelaskan oleh seorang laki-laki tua berumur sekitar 80-an bernama Hadi bahwa dia adalah cucu kandung dari Tan Sin Gie.  Dalam sehari kehidupan Tansen berubah, darahnya mendadak seperempat tionghoa, neneknya ternyata tukang roti, dan dia mendapatkan warisan seorang anggota keluarga bernama madre.
            Madre dalam bahasa Spanyol artinya Ibu.  Madre disini merupakan sebuah adonan biang untuk membuat roti.  Setelah itu, karena dia bosan, lalu ia pergi ke warnet dan menceritakan perjalanan hidupnya yang berubah dalam sehari di blog pribadinya.  Lalu keesokan harinya ia mengecek blog pribadinya.  Sederet komentar menanggapi blog ribadinya.  Ada 3 kali komentar yang sama tentang ketertarikannya pada madre, samai-sampai ia mencantumkan nomor ponselnya.  Lalu Tansen memberi pesan ke seseorang yaang tadi mencantumkan nomor ponselnya.  Isi pesannya : “Saya Tansen.  Rotinya Nggak dijual.  Sori.”.  Tak lama setelah itu hp Tansen menerima panggilan.  Ya itu dari orang yang mencantumkan nomor ponselnya di pesan.  Dia adalah Meilan Tanudwidjaja.
            Mei adalah keturunan Tionghoa, mata Mei terbilang besar dan bulat, warna kulitnya kuning bersih, dan rambutnya sebahu warnanya rambutnya di cat kepirangan.  Dia sangat tertarik dengan madre.  Perjalanan Tansen dimulailah saat kedatangan Mei.  Apakah seorang Tansen yang kerjanya serabutan di Bali akan bisa membangun kembali toko roti yang sudah lama tidak berproduksi?.  Bagaiman perjuangan Pak Hadi untuk meyakinkan Tansen?.  Bagaimana kisah cinta yang terjalin antara Tansen dan Mei?.  Temukan semuanya dalam Madre.
Kelebihan
            Dee adalah seorang penulis yang selalu ingin tahu.  Dari keingintahuannya itu bisa menghasilkan sebuah karya.  Mungkin, banyak hal-hal kecil yang terlewatkan oleh orang lain, tapi Dee memikirkan hal itu.  Madre adalah suatu keingintahuannya tentang roti.  Ya begitulah, orang-orang besar memang memperhatikan hal-hal kecil.  Tapi saya meyaakini dan belajar dari sebuah kata “Hal-hal besar dimulai dari hal-hal kecil”.  Dee juga penulis yan cerdas, dia mengkritisi apapun itu dan membuat pembaca mengerti secara detail apa yang dimaksudkan olehnya.

Kekurangan
            Di buku madre ini, jujur saya kurang bisa memahami puisi-puisi Dee.  Kalau cerita pendeknya bagus dan bisa dipahami, tapi ketika puisi, berulang-ulang kali saya baca dan hayati, saya bingung.  Butuh pendalaman/pemahaman yang tinggi.  Ya mungkin karena puisi itu adalah bahasa tersirat, jadi aa yang saya yakini/pahami, mungkin berbeda oleh makna yang dimaksudkan oleh Dee.


1 komentar:

  1. bingung mencari B.O terpecaya
    yuk bergabung saja di sini
    http://www.togelpelangi.com/

    BalasHapus